MAKALAH
STATISTIK
“UKURAN PEMUSATAN DATA”

Dosen Pengampu :
Awawin Mustana R. S.si,
M.si
Nama Kelompok :
1. Ahmad
Abdul Aziz
2. Fuat
Hasim
3. M.
Anggun budi
4. Edi
Agus Prasetya
5. M.
Dio Melky
6. M.
Wildan Hardiyanto
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
AKUNTANSI
2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT
yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah STATISTIK. Tidak lupa kami
sebagai penulis mengahanturkan shalawat beserta salam kepada Nabi besar Kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup untuk keselamatan umat di
dunia.
Makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah STATISTIK, tidak lupa Kami mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu Kami mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Lamongan,
13 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... …I
Daftar Isi.................................................................................................................... ...II
Bab I Pendahuluan.................................................................................................... …1
A. Latar Belakang................................................................................................ …1
Bab II Pembahasan.................................................................................................... …2
A.
Ukuran Pemusatan Data...................................................................................2
- Ukuran Pemusatan Data Tunggal………………………………………...……2
- Ukuran Pemusatan Data Kelompok…………………………………………...4
Bab III Penutup......................................................................................................... ..15
Kesimpulan................................................................................................................ ..15
Daftar Pustaka........................................................................................................... ..16
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Disuatu setiap
Negara mempunyai kebijakan moneter yang berbeda-beda tergantung dari Negara itu
tersebut. Kebijakan moneter juga sangat berpengaruh pada perekonomian setiap
Negara. Maka dari itu sebelum kita membahas lebih jauh tentang kebijakan moneter,
macam-macamnya, mengapa terjadinya kebijakan moneter, kita lebih baik
menganalisa terlebih dahulu didalam makalah ini. Dengan pembuatan makalah ini
diharapkan kita dapat mengetahui tentang apa saja mengenai kebijakan moneter.
Kita juga dapat mengetahui kebijakan moneter dinegara kita sendiri. Selain itu,
kita pun juga dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari adanya kebijakan
moneter.
Kebijakan
moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang
kemungkinan ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan
moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai
tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan
antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.
Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas
pada instrument sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,
intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan luikiditas.
- RUMUSAN MASALAH
a.
Bagaimana pengertian dari kebijakan moneter?
b.
Bagaimana ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis
moneter?
c.
Bagaimana macam-macam dari kebijakan moneter?
d.
Bagaimana tujuan dari kebijakan moneter?
e.
Bagaimana golongan dari kebijakan moneter?
f.
Bagaimana penyebab terjadinya kebijakan moneter?
g.
Bagaimana kerangka kebijakan moneter di indonesia?
C.
TUJUAN
a.
Mengetahui pengertian dari kebijakan moneter.
b.
Mengetahui ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis
moneter.
c.
Mengetahui macam-macam dari kebijakan moneter.
d.
Mengetahui tujuan dari kebijakan moneter.
e.
Mengetahui golongan-golongan dari kebijakan moneter.
f.
Mengetahui penyebab terjadinya kebijakan moneter.
g.
Mengetahui kerangka kebijakan moneter di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kebijakan Moneter.
Kebijakan
moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah Negara untuk mencapai tujuan
tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.
Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, “margin requirement”, kapitalisasi untuk bank
atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha melalui negoisasi dengan
pemerintahan lain. Bisa juga Kebijakan moneter adalah proses mengatur
persediaan uang sebuah Negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan
inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera atau upaya untuk mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan kestabilan harga.
Kebijakan
moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan
pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat
diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang
kemungkinan ditransfer pada sektor riil. Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan
barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.
Kebijakan
moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrument
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta
asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila
mengalami kesulitan luikiditas.
B.
Ciri-ciri suatu Negara yang rentan terhadap krisis moneter
a.
Ciri-ciri suatu negara yang rentan terhadap krisis moneter
adalah apabila Negara tersebut:
1.
Memiliki jumlah hutang luar negeri yang cukup besar.
2.
Mengalami inflasi yang tidak terkontrol.
3.
Defisit neraca pembayaran yang besar.
4.
Kurs pertukaran mata uang yang tidak seimbang.
5.
Tingkat suku bunga yang diatas karyawan.
b.
Jenis-jenis Kebijakan Moneter
1.
Kebijakan moneter ketat (tight
money policy)
Untuk
mengurangi/membatasi jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami inflasi.
2.
Kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Untuk menambah
jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi.
C.
Macam-macam atau instrumen kebijakan moneter
1.
Operasi pasar terbuka (Open
market operation)
Operasi pasar
terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah (government
security). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintahan akan
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan
dari Sertifikat Bank Indonesia dan SPBU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.
2.
Fasilitas Diskonto (Discount
Rate)
Fasilitas
diskonto (Discount Rate) adalah pengaturan
jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
3.
Rasio cadangan wajib (Reserve
Requirement Ratio)
Rasio cadangan
wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan oleh pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikan rasio.
4.
Himbauan moral (moral
persuasion)
Himbauan moral
adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
himbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit
untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang
beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
D.
Tujuan dari kebijakan moneter
1.
Menjaga kestabilan ekonomi artinya pertumbuhan arus barang
dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2.
Menjaga kestabilan harga yaitu harga suatu barang merupakan
hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia
dipasar.
3.
Meningkatkan kesempatan kerja yaitu pada saat perekonomian
stabil pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan
jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga
memperluas kesempatan kerja masyarakat.
4.
Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat yaitu dengan
jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk kedalam
negeri atau sebaliknya.
· Kredit selektif,
Politik bank
sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian
kredit.
· Politik sanering
Ini dilakukan
bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13
Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1 Bank
Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara
lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi.
Untuk mencapai
tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter
dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (free floating).
Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan
nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan
untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam
pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku
bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar
uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan
cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia
juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
E.
Golongan-golongan dari kebijakan moneter
Kebijakan
moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.
Kebijakan moneter ekspansif/monetary expansive policy adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah
jumlah uang yang edar.
2.
Kebijakan moneter kontraktif/monetary contractive policy adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
F.
Penyebab terjadinya kebijakan moneter
Kebijakan
moneter terjadi karena adanya inflasi. Inflasi itu sendiri adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas dipasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
G.
Kerangka Kebijakan Moneter di Indonesia
Dalam melaksanakan
kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang dinamakan
Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya
menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter.
What’s ITF ?
Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi
kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah tersebut. Untuk mencapai sasaran inflasi,
kebijakan moneter dilakukan secara forward
looking, artinya perubahan stance
kebijakan moneter dilakukan melaui evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan
masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Dalam kerangka kerja ini, kebijakan moneter
juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara
operasional, stance kebijakan moneter
dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang dan
suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini
pada akhirnya akan memengaruhi output dan inflasi.
Why is ITF?
Dengan telah dilepaskannya sistem nilai tukar dengan band intervensi nilai
tukar (crawling band) di tahun 1997,
Bank Indonesia memerlukan jangkar nominal (nominal
anchor) baru dalam rangka
menjalankan kebijakan moneter. Jangkar nominal adalah variabel nominal (seperti
indeks harga, nilai tukar, atau uang beredar) yang ditargetkan secara eksplisit
oleh bank sentral sebagai dasar/patokan bagi pembentukan harga lainnya. Misalnya
kalau nilai tukar dijadikan target, maka inflasi luar negeri akan menjadi
inflasi domestik.
Mengapa
kebijakan moneter memerlukan jangkar nominal? Karena tanpa adanya jangkar nominal,
tidak ada kejelasan kemana kebijakan moneter akan diarahkan sehingga masyarakat
tidak memiliki pedoman dalam membuat ekspektasi inflasi. Ibarat kapal yang
mengapung di lautan tanpa kejelasan kearah mana kapal dilabuhkan. Sebaliknya, dengan adanya jangkar nominal
masyarakat akan membuat ekspektasi inflasi yang diperlukan dalam kalkulasi usahanya
sesuai dengan jangkar nominal tersebut. Dengan mengumumkan sasaran inflasi dan
Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapainya akan meningkatkan
kredibilitas kebijakan moneter yang pada gilirannya ekspektasi inflasi
masyarakat sesuai dengan sasaran yang ditetapkan BI.
Ada sejumlah
alasan mengapa menggunakan jangkar nominal dengan ITF. ITF lebih mudah dipahami
oleh masyarakat. Dengan sasaran inflasi secara eksplisit masyarakat akan
memahami arah inflasi. Sebaliknya dengan sasaran base money, apalagi jika hubungannya dengan inflasi tidak jelas,
masyarakat lebih sulit mengetahui arah inflasi kedepan. ITF yang memfokuskan
pada inflasi sebagai prioritas kebijakan moneter sesuai dengan mandat yang
diberikan kepada Bank Indonesia. ITF bersifat forward looking sesuai dengan dampak kebijakan pada inflasi yang memerlukan
time lagi.
ITF
meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter mendorong
kredibilitas kebijakan moneter. Aspek transparansi dan akuntabilitas serta kejelasan
akan tujuan ini merupakan aspek-aspek good
governance dari sebuah bank yang telah diberikan independensi.
ITF tidak
memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar, output dan inflasi. Sebaliknya,
ITF merupakan pendekatan yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan
sejumlah variabel informasi tentang kondisi perekonomian.
How the ITF implemented? Dalam kerangka ITF, Bank Indonesia
mengumumkan sasaran inflasi ke depan pada periode tertentu. Setiap periode Bank Indonesia mengevaluasi
apakah proyeksi inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Proyeksi
ini dilakukan dengan sejumlah model dan sejumlah informasi yang dapat
menggambarkan kondisi inflasi ke depan. Jika proyeksi inflasi sudah tidak
kompatibel dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon dengan menggunakan instrument
yang dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui sasaran, maka
Bank Indonesia akan cenderung melakukan pengetatan moneter.
Secara
reguler, Bank Indonesia menjelaskan kepada publik mengenai asesmen terhadap
kondisi inflasi dan outlook ke depan
serta keputusan yang diambil. Jika sasaran inflasi tidak tercapai maka diperlukan
penjelasan kepada publik dan langkah langkah yang akan diambil untuk
mengembalikan inflasi sesuai dengan sasarannya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kebijakan
Moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moeneter (Bank Indonesia) untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar dan kredit, yang pada akhirnya akan
mempegaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Pengaturan jumlah uang yang beredar
pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.
Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive
Policy Adalah
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
2.
Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive
Policy Adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang diharapkan
dapat membuka peluang Kesempatan Kerja, Kestabilan harga, Neraca Pembayaran
Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno sadono, “pengantar ekonomi” teori pengantar, pt.
Raja grafindo persada, Jakarta. 2012